Wednesday, November 02, 2005
Peran Sosial Gereja
Wednesday, October 19, 2005
Ekstrimitas akibat Frustrasi Sosial
Wapres-ku yang lucu
Keheningan
"Keheningan memberi kita satu pandangan baru tentang segala sesuatu.
Kita membutuhkan keheningan untuk menyentuh hati." Bunda Teresa dalam buku Wahyudin, Bidadari dari Kalkuta (2004), hal 177.
Saturday, October 08, 2005
Dampak Dana Konpensasi BBM
Minggu ini saya membaca buku Nutrition : Diet and Theraupetic yang menjadi textbook untuk mata kuliah Nutrisi. Pada bab tentang Diabetes dijelaskan bahwa penduduk Indian Azores di Arizona merupakan komunitas yang paling tinggi persentasinya mengidap penyakit diabetes, sekitar 90%. Data ini bertolak belakang dengan Indian Azores yang tinggal di negara Mexico. Indian Azores di Arizona diisolasi pemerintah AS dalam reservation dan mereka diberi tunjangan oleh pemerintah. Mereka secara rutin mendapatkan bantuan hidup dari pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai "balas budi" pemerintah AS pada penduduk asli benua ini.
Ternyata hasilnya adalah hilangnya etos kerja dan kemandirian, dan akhirnya mereka menjadi masyarakat yang sangat tergantung pada subsidi pemerintah. Tradisi kerja keras dan kemandirian yang telah dimiliki secara turun menurun, hilang dalam waktu yang relatif cepat. Mereka yang menjadi malas bekerja, pecandu alkohol dan perjudian. Berburu, budaya asli Indian untuk mencari nafkah telah hilang sehingga orang Indian Azores kurang exercise, dan keadaan ini diperburuk dengan konsumsi makanan barat yang banyak mengandung Carbohydrate dan Fat. Hal ini memicu tingginya persentase obesity pada suku ini, yang pada gilirannya memberi konstribusi pada tingginya prosentase diabetes.
Studi menunjukkan bahwa dengan adanya program bantuan sosial yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan justru membuat orang-orang miskin menjadi sulit untuk keluar dari lembah kemiskinan. Studi membuktikan bahwa para pengangguran yang menerima subsidi cenderung berubah karakternya menjadi pemalas, enggan mencari pekerjaan dan hilang sikap kemandiriannya. Bukan itu saja, kebiasaan mendapatkan subsidi juga telah menumbuhkan sikap "menuntut hak", yang tentunya sikap ini bertolak belakang dengan sikap pengorbanan dan tanggung jawab. Sikap menuntut ini akan menimbulkan rasa ketidakpuasan, dan menimbulkan rasa marah.
Saya berusaha percaya kepada maksud baik pemerintah bahwa tidak ada maksud pemerintah membuat warganya menderita. Namun, tindakan-tindakan yang dilakukan terasa kurang strategis dan substansial. Pembagian uang Rp 100.000 per bulan untuk keluarga miskin terkesan laksana memberikan ikan dan bukan pancing. Atau, seperti Sinterklas membagi-bagi hadiah. Kalau itu diteruskan untuk waktu yang lama, bukan tidak mungkin ketergantungan jenis baru akan tercipta.
Saya mengerti bahwa posisi pemerintah saat ini sangat dilematis. Tulisan ini hanya memberikan inspirasi bahwa untuk menghapuskan kemiskinan jangan sampai mencegah tumbuhnya sikap-sikap : bekerja keras, mandiri, belajar bagaimana bekerja dengan jujur, berkepribadian kuat, bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anaknya, menjadi warganegara yang tertib serta patuh hukum.
Thursday, September 22, 2005
Dua Serigala
Alkisah ada seorang kakek berkata kepada cucunya: "Dalam diri saya ada dua serigala, yaitu serigala baik dan jahat. Serigala yang baik tidak pernah menyerang. Ia hidup damai dan tenteram dengan semua yang ada di sekelilingnya. Ia hanya menyerang kalau memang ia harus mempertahankan diri, dan itu pun dilakukannya dengan baik dan adil."
"Tetapi serigala yang satu ini, wah! Penuh dengan kemarahan. Kejadian sekecil apa pun pasti akan membuatnya marah. Ia membenci dan memerangi siapa saja, walaupun tanpa alasan yang jelas. Ia tidak pernah bisa berpikir jernih, karena rasa kebencian dan kemarahannya telah menguasai akal sehatnya."
Lanjut kakek, "Alangkah sulitnya hidup dengan dua jenis serigala yang ada di dalam diri kakek ini, karena keduanya berusaha untuk menguasai jiwa saya, dan saling bersaing." Kemudian sang cucu memandang kakeknya dengan penuh rasa ingin tahu, dan bertanya: "Serigala mana yang menang, Kakek?" Kakek menjawab dengan pandangan serius, "Yang menang tentu saja yang saya beri makan."
Kisah di atas memberikan inspirasi kepada anak-anak, yaitu kalau kita mengikuti nafsu kebencian, kedengkian, kemarahan, berarti kita sedang memberikan makan serigala jahat. Semakin sering kita memberikan makanan kepada serigala jahat, serigala tersebut akan tambah besar dan kuat badannya, dan ia akan menguasai jiwa kita, sehingga kita menjadi bersikap seperti serigala jahat. Sedangkan serigala baik, karena tidak pernah diberi makan, lama kelamaan akan lemah dan mati.
Tetapi kalau kita memilih untuk bersabar, memaafkan, berpikiran positif, dan menyayangi sesama, berarti kita sedang memberikan makanan kepada serigala baik. Semakin kita sering memberikan makan kepada serigala baik, serigala jahat akan kelaparan, dan lama-kelamaan tidak berdaya. Maka serigala baik akan menguasai jiwa kita, sehingga kita bisa menjadi seorang yang pemaaf dan penyayang, manusia yang dihiasi akhlak yang mulia yang selalu membawa kebaikan bagi sekelilingnya.
Jadi, ini semua bergantung pada pilihan kita; apakah ingin menjadi seperti serigala jahat yang selalu ingin berperang dan mengobarkan kebencian, atau sebaliknya, yang cinta damai yang kerap menyebarkan kasih sayang ke sesama manusia.
Tuesday, September 20, 2005
Liga Kompetisi Mendongkrak Jumlah Umat
Seharusnya tempat ibadah bukan semakin memisahkan manusia dalam sekat-sekat kebencian tetapi menjadi penyebar semangat kemanusiaan. Tempat ibadah harus pro kemanusian sehingga Tuhan berkenan tinggal di dalamnya. Ebiet G Ade pernah bernyanyi :”Tuhan ada di sini, di dalam jiwa ini, bercermin dan banyaklah bercermin”. Entah bagaimana Tuhan melihat kompetisi ini.
Wednesday, August 10, 2005
Pluralisme dalam Jemaat
Monday, July 25, 2005
Agama dan Sisi Kemanusiaan
Agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan, tetapi tafsiran pada agama sering justru menghasilkan kejahatan. Sehingga, seseorang yang mengatasnamakan agama dalam perilakunya sering tak pernah ada kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukan adalah sebuah kejahatan. Lebih jauh lagi, ada suatu keyakinan yang ditekaankan dalam beberaga agama bahwa kematian akibat sesuatu dilakukannya atas nama Tuhan justru akan menghantar mereka menuju surga.
Dalam Berita Utama Kompas tanggal 9 Oktober 2003 diberitakan begitu dijatuhi hukuman mati di depan sidang kasus bom Bali Imam Samudra, langsung memekikkan gema takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar". Tidak pernah ada sikap atau perasaan menyesal sekalipun dari Imam Samudra atas perbuatan yang telah dilakukannya. Sebelum meninggalkan ruang sidang, Imam Samudra kembali meneriakkan takbir dan mengacungkan jempolnya kepada pewarta foto.
Lebih lanjut, Kompas tanggal 11 Oktober 2003 menulis Abdul Azis alias Imam Samudra (33) mengaku bahwa dirinya sama sekali tak gentar atau takut menghadapi ancaman hukuman mati. "Saya tidak takut dihukum mati, karena apa yang selama ini saya lakukan telah berada di jalan Allah, dan sesuai dengan ajaran Islam," kata Imam Samudra saat menyampaikan pledoinya. Namun demikian, Imam mengakui pada kenyataannya memang ada kaum muslim dan orang Indonesia yang lain, yang juga ikut menjadi korban dari ledakan bom di Kuta. "Untuk ini, saya mohon maaf," tambahnya.
Dengan mudah Imam Samudra meminta maaf bagi orang-orang yang ikut jadi korban, seolah-olah itu sudah merupakan harga yang wajar untuk sebuah perjuangan. Ini adalah sebuah titik balik kehidupan di mana kemanusiaan telah mati. Manusia sudah mencapai suatu pemahaman bahwa surga bisa dicapainya melalui perjuangan-perjuangan yang mengorbankan nyawa orang lain. Kebaikan jenis ini sudah sampai pada titik dimana kemanusiaan tidak berarti apa-apa lagi. Semua agama pada dasarnya begitu lekat dengan sisi kemanusiaan, tetapi seiring perjalanan waktu, tafsir-tafsir pada ayat-ayat Kitab Suci acapkali membuat sisi kemanusiaan lenyap dari agama.
Tahun lalu teman saya masuk penjara imigrasi di Amerika Serikat, secara kebetulan pada hari yang sama saya bertemu dengan seorang ibu tokoh gereja yang saya kagumi. Kemudian saya jelaskan bahwa teman saya masuk penjara, untuk mengeluarkannya dibutuhkan uang $15.000 padahal dia tidak punya keluarga di sini. Tidak duga, ibu tersebut memberikan respons yang membuat saya kaget, dia katakan bahwa memang sudah sewajarnya kalau melanggar peraturan negara akibatnya masuk penjara. Yang penting bukan untuk mengeluarkannya dari penjara, tetapi pertobatannya yang penting, bubuhnya. Tanpa sedikitpun sedih atau iba dengan nasib yang dialami teman saya.
Bila hati nurani sudah hilang maka manusia tidak lebih sebagai boneka yang sedang dimainkan dalam drama kemanusiaan yang mati. Bila Tuhan hanya ditempatkan sebagai objek telaah teologi maka Tuhan hanya sebatas ilusi. Ilusi inilah yang menafsirkan tuhan-tuhan transenden yang kosong. Manusia hanya dapat menemukan Tuhan bila menyatu dengan hidup sesamanya dalam konteks kemanusiaan.
Thursday, July 14, 2005
Ngomong-ngomong tentang PKI
"Nggak baik, PKI nggak benar", kata ibu saya. "Kalau PKI menang semuanya nggak beragama". Uhhh apa betul yang beragama lebih baik? Tapi karena saya adalah anak pancasila saya tidak berani membantah orang tua, takut dikatakan komunis. Sampai sekarang saya kagak tau komunis itu nggak benarnya dimana.
Bicara ttg komunis benar atau tidak sudah irelevant. Ya, orang-orang bilang antinya komunis adalah kapitalis dan agama. Tetapi dua yang terakhir ini juga adalah alat represif yang tidak mengenal batas kemanusiaan kalau disalah gunakan. Kapitalis, siapa yang kuat (pemilik modal) dia yang menang; makanya Amerika Serikat kaya raya pada saat yang sama Amerika Latin yang mensuplai kekayaannya kelaparan. Agama, saya tidak ahlinya tapi Taliban bisa jadi contoh, inquisisi di gereja-gereja abad pertengahan, dan daftar ini akan semakin panjang seiring dengan semakin tuanya bumi kita ini. Balik lagi ke komunis... ach nggak benar juga buktinya USSR dan Cina melarat juga, Kayaknya semuanya nggak benar...... atau Kayaknya yang benar itu bunglonisasi? (kalau ditempat ibadah jadi religius, ditempat kerja jadi kapitalis, di rumah jadi komunis, dikampus jadi ateis, dst)
Nabi Solaiman menulis dalam Alkitab sbb:"Dalam hidupku yang sia-sia aku telah melihat segala hal ini: ada orang saleh yang binasa dalam kesalehannya, ada orang fasik yang hidup lama dalam kejahatannya. Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri? Janganlah terlalu fasik, janganlah bodoh! Mengapa engkau mau mati sebelum waktumu? Adalah baik kalau engkau memegang yang satu, dan juga tidak melepaskan yang lain, karena orang yang takut akan Allah luput dari kedua-duanya."
Selamat week-end teman-teman
Sunday, July 10, 2005
Agama Praktis Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sunday, June 05, 2005
Dua Sisi Agama
Pada saat yang sama, bila kita jujur dan objektif, kita juga tak mampu menutup-nutupi kenyataan bahwa dari masa ke masa 'agama' telah membawa berkat, hikmat, dan manfaat nyata dalam kehidupan milyaran manusia. Apa yang membuat orang-orang semacam Malcolm X, atau Martin Luther King, Jr., atau Mother Teresa, atau Mahatma Gandhi bisa melihat apa yang tidak kita lihat, serta berani menerobos tembok-tembok mitos yang sebelumnya dipercaya sebagai tak mungkin terobohkan? Apa lagi, selain 'agama' mereka?
Thursday, May 26, 2005
Ode untuk Generasi - X
Wednesday, May 25, 2005
Makanan bagi Jiwa
Anda dapat mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal, atau tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Orang yang sukses itu sebetulnya adalah orang yang belajar dari kegagalan.
Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi. Sebaliknya bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank dalam segala hal sebab jiwa anda bergantung pada apa yang ada beri padanya.
Tuesday, May 24, 2005
Monday, May 23, 2005
Untuk kaum Betina
Tapi tahukah anda arti sebenarnya dari kata itu? Kata "Wanita" berasal dari kata "Betina" yang sering dan seharusnya dipergunakan untuk indikasi gender makhluk cintaan Tuhan yang derajatnya lebih rendah. Sedangkan perempuan berasal dari kata "puan" yang berarti tuan, ditambah awalan dan akhiran per-an.
Anehnya rata-rata perempuan mau dipanggil sebagai wanita malahan tidak segan-segan menyebut diri sendiri sebagai wanita. Pantaskah anda hai kaum hawa disebut sebagai betina ?
Saturday, May 21, 2005
Antara Reaksi dan Kenyataan
Jadi, bila anda bereaksi negatif tehadap tuduhan, omongan, rumor bahkan gosip yang ada disekitar anda sedikit banyaknya berita itu ada benarnya. Anda tidak akan menanggapi serius suatu rumor yang benar-benar jauh dari kenyataan bagaimana anda sebenarnya.
Setelah Meraih Bintang
Ketika anda meraih bintang barulah anda sadari bahwa tidak ada sesuatu di bintang. Tetapi bila anda belum meraih bintang tentu anda tidak akan pernah tahu bahwa sesuatu tidak ada di sana.
Bila anda meraih bintang ...
Anda akan tau sesuatu yang orang lain tidak mengetahuinya sehingga anda merasa puas dengan apa yang anda capai dalam hidup.
Anda menghabiskan waktu untuk sesuatu yang sia-sia, dan pada akhirnya anda akan kecewa sebab telah melewatkan kesempatan-kesempatan yang indah hanya untuk meraih sesuatu kehampaan.
Bila anda tidak meraih bintang ...
Anda menghemat waktu dan energy yang anda miliki. Anda enjoy dalam hidup dan tidak perlu hidup terlalu ngoyo.
Anda akan selalu penasaran dengan sesuatu yang tidak pernah anda raih, yang tidak pernah anda ketahui, dan pada akhirnya anda akan kecewa karena mensia-siakan kesempatan-kesempatan yang berlalu yang tidak pernah anda manfaatkan untuk meraih bintang.
Sunday, February 20, 2005
Konflik dalam Pernikahan
"RASANYA saya sudah memenuhi tanggung jawab saya sebagai suami. Saya menyediakan rumah tinggal, saya memberikan belanja bulanan, saya mau membantu pekerjaan rumah tangga manakala istri membutuhkannya." Demikian ungkapan kebanyakan suami yang bersedia mendampingi istri yang merasa memerlukan konseling perkawinan bagi perbaikan relasi suami istri.
"Saya heran, apalagi sih yang menjadi permasalahan istri saya, bagi diri saya semua berjalan cukup baik, dan tidak ada yang perlu diributkan lagi. Istri saya selalu mengatakan saya kurang komunikasi, padahal saya sudah mengatakan apa yang saya inginkan. Bila kemudian ia memaksakan kehendaknya, ya silakan saja, tetapi jangan salahkan saya kalau akhirnya saya juga memutuskan sesuatu tanpa persetujuannya, toh saya sudah mengomunikasikannya sebelumnya." Demikian lanjut para suami tersebut.
Dari ungkapan tersebut terasa ada jurang pemisah yang kurang dihayati pihak suami, sementara dari pihak istri merasa sering terkaget-kaget melihat reaksi/respons suami yang kurang dipahami atau di luar dugaan istri.
Keluhan istri atau protes istri akhirnya akan menjadi awal suatu pertengkaran, dan untuk menghindari pertengkaran biasanya istri atau suami memutuskan untuk terdiam seribu basa, tanpa membuka kesempatan penyelesaian konflik secara tuntas. Satu pasangan akan terdiam seribu basa karena merasa ungkapan/keluhan yang diutarakan hanya akan sia-sia saja. Kita bisa bayangkan pengaruh timbal balik berlanjut sebagai akibatnya.
Kemungkinan terbesar yang akan berkembang dalam kehidupan keluarga selanjutnya adalah terciptanya apatisme dari masing-masing pihak, dengan peluang paling ekstrem adalah bahwa masing-masing pasangan membina dunianya masing-masing. Kehidupan suami istri mejadi terasa rutin, menjenuhkan, dingin serta membuat kedua pasangan merasa tidak bahagia, karena inti keluarga penuh kasih terkikis sedikit demi sedikit, masing-masing sibuk sendiri, dan relasi intim antarpasangan pun pudar, hubungan antarsuami istri hanya sebatas pemenuhan tampilan sosial sebagai pasangan perkawinan. Iklim relasi semacam itu akan dengan sendirinya diperparah terkikisnya ketertarikan erotis-seksual di antara pasangan yang menurunkan bahkan memadamkan keinginan kedua pasangan untuk menjalin relasi intim suami istri.
Salah satu esensi dasar kehidupan perkawinan yang hilang tersebut akan mengimbas terhadap kesediaan antarpasangan untuk berbagi dalam berbagai permasalahan hidup lainnya. Perkawinan pun menjadi hanya sekadar pemenuhan formal tuntutan peran sosial.