Ads 468x60px

Sunday, July 10, 2005

Agama Praktis Dalam Kehidupan Sehari-hari

Haji Said Agil Husin Al Munawar, seorang mantan pejabat tinggi Departemen Agama yang amat menguasai ilmu agama karena meraih doktor dalam bidang Syariah Islam dari Arab Saudi, dapat menghafal seluruh isi Al Quran, dan telah mengucapkan sumpah jabatan dengan nama Allah, ternyata telah melakukan pelanggaran yang tidak sesuai dengan perintah agama.
 
Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin, MA, Ketua KPU, seorang professor dan dosen senior Universitas Indonesia, pakar yang amat terdidik yang mendapatkan kehormatan dan kepercayaan penuh dari rakyat untuk duduk di KPU,  terlibat kasus korupsi. Tetapi mengaku tidak tahu ada larangan menerima apapun selama menjabat. Padahal Jerat yang dipakai KPK adalah UU 30 / 1971 tentang KPTPK (tahun tujuh hiji saudara-saudara!!) undang-undang yang sudah ada 34 tahun yang lalu. Okey katakanlah doi sudah lupa, karena tugas doi sebagai professor terlalu banyak yang harus dihafal, jangan lupa bahwa setiap pelantikan pejabat mulai dari eselon terendah ada sumpah dengan nama Tuhan, dengan Al Kitab suci di atas kepala. Biasanya ada bagian sbb: "Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian ". Sebenarnya doi tentunya pasti mengetahui betapa dilarangnya menerima kick-back dan memberikan suap, tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk menolaknya.
 
Saya pernah tinggal di rumah seorang pendeta yang tidak pernah menyentuh Sekolah Sabat dan Buku Renungan Pagi sepanjang minggu kecuali Sabat Pagi atau kalau ada tamu yang datang ke rumah. Beliau tentu saja tau bahwa belajar Sekolah Sabat itu adalah sesuatu yang harus dipelajari setiap hari.
 
Saya juga pernah berbincang-bincang dengan beberapa mahasiswa yang baru saja menamatkan Sarjana Kependetaan dari UNAI. Pada waktu itu, salah satu dari mereka baru saja mendapat penempatan ke Sumatera Kawasan Selatan. Maklumnya sebagai seorang yang masih "segar" doi belum banyak tau kondisi menjadi pendeta muda. Kemudian dia tanyakan bagaimana mengambil hati Ketua Daerah (dengan bahasa B*** yang masih kental). Sebodoh-bodohnya saya yang tidak pernah kuliah di Fakultas Filsafat jurusan Kependetaan, pertanyaan yang kurang berhikmat ini tidak layak ditanyakan oleh seorang Calon Hamba Allah yang telah berkeputusan untuk melayani. Doi sedikitnya akan sedikit lebih rohani bila menanyakan bagaimana untuk membuat performansi kerja yang lebih baik.
 
Contoh-contoh di atas membuktikan, sekadar mengetahui moral baik dan buruk, bahkan sampai menguasai dasar filosofi moral, adalah tidak menjamin seseorang dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Maksud dengan kutipan -kutipan di awal tulisan ini adalah sulitnya membangun karakter yang memerlukan latihan intensif, motivasi kuat, dan keteguhan hati untuk menolak tindakan buruk, dan gemar melakukan kebaikan.
 
Seorang dapat menguasai ilmu tentang etika dan moral, dan bahkan menulis bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak mampu untuk menerapkan etika dalam kehidupan nyata bila tidak melakukan latihan keteguhan hati.

No comments: