Ads 468x60px

Tuesday, November 14, 2006

Sayap Malaikat yang Patah

Pastor Ted Haggard, Presiden Asosiasi Penginjilan Nasional yang mempunyai 30 juta pengikut Kristian dengan 14,000 geraja dibawahnya mengaku telah menipu pengikutnya dan telah melakukan sek yang tidak bermoral dalam pengakuannya pada 5 November 2006.Dalam pengakuannya, Haggard mempunyai kencan bulanan dengan seorang pelacur pria dalam kurun waktu tiga tahun. Ted Haggard seorang pemimpin gereja konservatif injili (evangelical) yang bersuara peling keras menentang perkawinan sejenis nyatanya terlibat kasus Gay.

Penuduhnya, Mike Jones, adalah massager gay cakep, atletis dan profesional escort. Mike menuduh bahwa Ted mengenalkan diri sebagai 'Art' (nama tengah Tedadalah Arthur), dan sudah menyewanya 3 tahun - rata2 sebulan sekali. Selain itu Ted juga beli narkoba lewat dia. Mike tadinya tidak menyadari siapa si Art ini sampai dia nonton dokumentari tentang agama dan melihat tampak si Art disitu. Mike jadi marah karena hipokrisi sang pastor yang terbuka anti gay.

Dalam sebuah surat yang dibacakan pada kebaktian Minggu di hadapan jemaat di Gereja New Life di Colorado Springs, Pendeta Haggard mengungkapkan "Saya bersalah dengan perbuatan seks amoral dan saya bertanggung jawab atas segala permasalahan tersebut. Saya memang seorang pembohong dan pecundang.... Ada satu sisi gelap dalam kehidupan saya yang mesti saya lawan. Untuk masa-masa tertentu saya menikmati kemenangan dalam kebebasan tersebut. Lantas hari demi hari kekotoran yang saya kira sudah hilang muncul kembali. Saya terus memikirkannya dan mengalami hasrat yang berlawanan dengan segala sesuatu yang saya yakini dan saya ajarkan." Dia mengaku mencintai istrinya. "Apa yang telah saya lakukan tidak pernah menjadi hal negatif dalam hubungan saya dengannya. Masalah ini tidak ada kaitannya dengan istri saya, kelima anak-anak saya atau siapa saja di antara kalian. Seratus persen itu semua ulah saya," tulisnya.

Istrinya Gayle juga menulis sepucuk surat kepada para wanita dalam jemaat gereja. "Saya tahu hati Anda hancur, begitu juga saya." Dia mengatakan masih mencintai suaminya.

Beberapa tahun yang lalu ada juga kasus yang tidak sama persis namun mirip-mirip. Yakni yang terjadi di NARTH suatu badan psikologi gurem yang didukung oleh gereja-gereja konservatif dan injili, dan mengkhususkan diri dalam penyembuhan homoseksual. NARTH sendiri aktif menentang homosexual dan menyatakan kasus gay adalah penyakit yang bisa disembuhkan. Nyatanya anak dari presiden NARTH yaitu Richard Socarides adalah seorang gay, celakanya lagi Socarides adalah penasehat presiden Clinton dalam masalah gay.

Beberapa bulan yang lalu juga salah satu gereja Advent Indonesia di Southern California dikagetkan dengan adanya berita bahwa salah seorang pendeta senior telah jatuh dalam perzinahan. Secara pribadi saya tidak antusias untuk mengecek kebenaran berita ini, tetapi hingga saat saya menulis catatan ini, beliau belum kembali kepada posisinya sebagai gembala jemaat.

Dalam salah satu milis yang saya ikuti, ada anggota jemaat yang keberatan pada gembala jemaatnya sebab gembala jemaat tersebut sangat bangga menceritakan bahwa seorang narapidana (Lidya) kini sedang belajar pendalam Alkitab dari pendeta tersebut dan pendeta ini juga menceritakan kecantikan dari Lidya yang begitu aduhai. Dia juga menyatakan bahwa Lidya sangat dekat dengan dia sekarang ini, dan dia sangat bangga atas hubungannya dengan Lidya di penjara. Pendeta ini tidak puas memenangkan Lidya bagi Kristus tetapi juga menikmati tubuh Lidya yang begitu aduhai walau sekedar lewat tatapan mata saja. Tidak cukup menikmatinya dalam hati tetapi juga membagikannya pada anggota jemaatnya.

Berhadapan dengan manusia yang multidimensional dan kompleks, pendekatan doktrinal saja tidak memadai. Apalagi kalau yang bersangkutan dipaksa atau terpaksa mengabdi pada satu interpretasi Alkitab, teori psikologi, kebijakan politis atau doktrin. Kelihatannya kekristenan yang lebih empatilah yang mampu mendekati persoalan kemanusiaan dengan lebih baik.

Yang saya maksud dengan Kekristenan Empati adalah sebuah kekristenan yang melihat bahwa selalu dalam diri setiap orang ada nilai-nilai kebajikan yang pantas dihargai sepenuhnya, sekaligus bahwa setiap orang bergumul dan berjuang dengan keterbatasan dan kelemahannya akibat dosa. Kekristenan yang melihat martabat dasar setiap manusia, yang dianugerahkan Allah padanya, yang melampaui orientasi seksual. Kekristenan yang tidak melihat setiap persoalan sebagai masalah hitam-putih.