Ads 468x60px

Friday, July 22, 2011

Sang Narsissus

Dalam mitologi Yunani, Narcissus dikisahkan sebagai seorang dewa dengan paras yang sangat rupawan. Ketika Narcissus masih kecil, seorang peramal berkata kepada kedua orang tuanya bahwa anak mereka akan berumur panjang apabila tidak melihat dirinya sendiri.

Bukan hanya wanita, dewi dan bidadari yang terpesona pada parasnya, bahkan para pria dan dewa lainpun mengagumi ketampanannya, termasuk Echo, seorang dewi cantik jelita. Dewi cantik itu jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Narcissius berjalan-jalan di hutan. Hanya saja Echo tidak bisa berbicara selain mengulang kata terakhir yg didengarnya. Karena malu dia hanya berani mengagumi Narcissius dari jauh ataupun hanya dari balik semak. Seakan terobsesi pada Narcissius tanpa sadar ia mengikuti kemanapun pemuda tampan itu pergi. Tetapi ternyata kecantikan peri echo tidak mampu melunakkan hati keras Narcissius. Binar-binar di mata Echo tidak bisa menundukkan hatinya. Dewi Nemmesis mendengar kesedihan Echo yang cintanya ditolak tersebut. Nemessis mengutuk Narcissus supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri.

Kutukan tersebut menjadi kenyataan, suatu ketika narcissius berjalan di tengah hutan dan kehausan. Ia pun mencari dan menemukan telaga kecil pelepas dahaga. Ketika Narcissus melihat bayangan dirinya di sebuah kolam. Dia tak henti-hentinya mengagumi sosok yang terlihat dari pantulan air di kolam itu. Sama sekali tidak menyadari bahwa wajah itu adalah miliknya. Ia berusaha menyentuh pantulan wajah di air dan ia melihat bayangannya melakukan hal yang sama. Hari-hari berlalu, Narcissus masih saja tidak beranjak dari telaga, hingga tubuhnya semakin melemah hingga kematiannya.

**

Kecil-kecilan dalam diri kita ada bayi-bayi narsis. Untukku bayi narsisku disebut: menulis. Menulis adalah berbicara pada diri sendiri, sama seperti Narsissus berkaca pada bayangannya sendiri. Dalam tulisanku aku bisa melihat lebih jelas diriku yang sebenarnya.

Pada waktu remaja, aku menulis dalam buku catatan harian. Yang isinya kebanyakan tentang pujaan pada seseorang yang lagi aku jatuhi cinta. Pada waktu kuliah, kebanyakan aku menulis cacatan harian di computer karena semakin banyak hal-hal pribadi yang ditulis yang memalukan untuk dibaca orang lain, sehingga media computer plus password aku pikir menjadi kombinasi yang tepat. Kemudian sesudah kerja aku mulai menulis web contents dan mulai punya blog. Tema yang banyak aku tulis adalah caraku memandang dunia – pikiran-pikiranku sendiri sebagai seorang Narsissus.

Dengan hadirnya facebook, ingin juga memigrasi semua catatan-catatanku ke facebook-notes, tapi sayangnya applikasi ini tidak memberikan fasilitas yang leluasa untuk seorang penulis. Selain itu, FB cocok untuk Narcissus jenis lain; komunitas FB tampaknya lebih senang membaca tulisan diri sendiri dibandingkan tulisan orang lain, walaupun itu cuma tulisan haha-hihi di up date status atau sekedar komentar foto-foto diri sendiri.

Facebook memang lebih cocok untuk saling bertegur sapa sebagai media komunikasi social. Apa lagi sekarang koneksi ke internet bukan lagi dari komputer, tetapi telepon-telepon genggam buat orang yang sedang berada di perjalanan. Memang tak mungkin orang berpikir panjang sambil jalan-jalan. Kalau sekedar berpikir pendek dan praktis, tentu saja bisa.

Kerenanya kalau kamu menemukan tulisan ini, itu berarti aku pernah ada disini di kolam tempat bercermin seperti Narcissus bercermin dipermukaan telaga.

1 comment:

Unknown said...

Saya heran ada Catatan Pinggir dan mengutip apa yang saya tulis tanpa menyebut sumber. Dan tak lengkap. Ini bisa dianggap pemalsuan.