Ads 468x60px

Monday, June 20, 2011

Di sisi Sun Creek

Pagi ini aku bangun lebih awal, bukan karena ada yang mau dikerjakan buru-buru pagi ini tetapi tidur malamku membuatku kecapaian. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur, jam-jam malam yang berlalu rasanya lambat sekali berjalan. Berbaring di tempat tidur rasanya seperti di ruang penyiksaan saja. Malam tadi memang sengaja aku tidak makan obat tidur, agar aku tidak tergantung terus dengan obat tidur jahanam ini.

Pagi ini aku putuskan untuk membawa jalan anjing-anjing peliharaan di rumah tinggalku. Pit bull yang galaknya wih minta ampun. Seperti biasanya aku akan membawanya jalan sekeliling kompleks terus keluar ke peternakan setempat, ke hutan kecil di samping jalan toll dan ambil waktu sesaat untuk duduk di sungai kecil dekat jalan setapak. Yah sekitar 1.5 jam sudah selesai….

Biasanya aku singgah di pinggir sungai kecil di jalan setapak yang akan aku lintasi. Memilih salah satu batu untuk duduk sejenak menikmati kicau burung dan gemercik air di celah batu. Sering juga keisenganku seperti masa kecil muncul, menangkap ikan-ikan kecil . Kadang si ikan kecil bersembunyi di celah-celah ganggang hijau dan kemudian dengan malu-malu memunculkan diri lagi. Daun-daun teratai di sebelah sana menutupi permukaan air, daunnya yang masih muda mengangguk-angguk ditiup angin. Pohon oak yang besar memberikan naungan yang rindang pada ekosistem yang kecil ini. Capung berkeliaran menari di celah-celah dedaunan.

Aku menerawang melihat perjalanan hidupku. Memandang masa lalu dimana aku membuat keputusan-keputusan yang keliru. Bila sudah seperti ini kadang aku berpikir untuk berhenti hidup saja, toh juga aku telah berhenti dari spiritualitasku.

Di sini aku duduk sendiri, menutup mata menangkap semua frekuensi yang masuk ke gendang telingaku. Suara-suara yang terdengar kadang bagai orkestra yang indah. Harmoni alam yang tidak pernah aku dapatkan sementara duduk di depan laptopku. Gemercik air, desau angin di celah daun, kicau burung, tarian lebah, nyayian kodok, semua suara alam ini seolah mengikuti irama detak jantungku.

Ku buka mataku, pada lumut yang tidak pernah tumbuh lebih tinggi dari 1 inci, pohon oak yang menjulang tinggi, teratai yang dikodratkan hanya bisa hidup di dalam air. Tumbuh-tumbuhan ini memiliki hidup yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Lumut, pohon oak, teratai, rumput, semak, membuat tepi sungai ini menjadi lebih indah. Entah bagaimana kalau semuanya ingan seperti oak yang tumbuh menjulang tinggi.

Mmn, memang hidup mirip dengan tumbuhan di sekitarku ini. Ada orang yang bisa menjadi orang besar dan penting, sementara yang lain tidak seberuntung sesama yang lain. Tidak tau persis apakah ini memang takdir Tuhan atau karena pilihan-pilihan yang dilakukan yang bersangkutan dalam hidupnya, tetapi yang pasti perbedaan ini membuat hidup lebih indah dan lebih berarti.

Aku tiba pada komtemplasi untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain. Jangan pernah menyesali hidup saat ini. Ada hari-Hari yang baik memberikan kebahagiaan; Hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini. Tidak semua orang bisa seperti pohon oaks.