Ads 468x60px

Wednesday, November 02, 2005

Peran Sosial Gereja


Angka pengangguran semakin besar, apalagi setelah kenaikan BBM membuat industri di negeri ini semakin sakit parah. Ini sangat memprihatinkan tetapi yang lebih memprihatinkan lagi adalah sikap Gereja yang seakan-akan tidak tau apa yang menjadi masalah dalam jemaat. Gereja yang jelas-jelas mendapat income dari perpuluhan dan persembahan anggota jemaat tidak melakukan suatu usaha untuk membantu kesulitan anggota jemaat. Sedikitnya sikap itu telah ditunjukkan bapak-bapak pendeta anggota milis ini yang diam saat sdr Jeffry Liuw memposting masalah mencari kerja.

Saya tidak bermaksud menghasut atau menjelek-jelekkan para pekerja dalam Gereja. Saya cuma kecewa sebab untuk kalangan anggota jemaat sendiri Gereja tidak mampu perperan sebagai pembebas sosial, sebaliknya lebih memainkan peran yang menina-bobokan kesadaran masyarakat dalam kepasrahan .[Dengan anggapan pengikut-pengikut Yesus memang harus menderita di dunia ini]. Pada milis gereja lain yang saya ikuti, anggota-anggota jemaat Gereja lain juga kecewa dengan sikap gereja mereka yang seperti ini. Gereja sering hanya bergumul dengan masalah doktrin dan masalah organisasi akibatnya gereja tetap fundamentalisme tdk berani bergerak keluar mengambil resiko mengambil peran sosial dimana gereja berpartisipasi dalam kehidupan jemaat.

Tetangga saya adalah Pendeta Gereja Last Day Sints (Mormon). Untuk mengurangi pengangguran anggota jemaatnya mereka menciptakan pekerjaan-pekerjaan yang menyerap tenaga kerja, seperti bengkel, thrift store, panti kerajinan tangan, dll. Anggota-anggota jemaat, menurut dia, disarankan untuk melakukan bisnis dengan sesama anggota Gereja Mormon. Saya tidak tau persis, katanya anggota Gereja Advent "Pembaharuan" juga mengajarkan pijat refleksi pada anggota jemaatnya supaya bisa kerja, sehingga tidak harus bekerja pada Hai Sabat.

Gereja tidak seharusnya hanya datang dengan anjuran untuk bersabar dan menerima apa adanya realitas kemiskinan. Masalah ini bisa direduksi dengan menggalang kekuatan yang sistemik dari anggota jemaat. Para tokoh agama tidak boleh hanya menyarankan sabar, menerima dan menanti keajaiban dari Tuhan. Jika demikian, Karl Max memang benar "agama memang tidak lebih sebagai candu".