Salah satu kenangan yang saya ingat waktu saya masih muda adalah nongkrong sambil menantikan pacar turun dari kantornya di Gedung BNI 46 di wilayah jalan Sudirman. Saya memperhatikan beberapa karyawan wanita yang baru saja pulang kerja. Cukup banyak. Ach..... wanita dengan berbagai macam mode pakaian kerja hilir mudik masik dan keluar lift. Di dalam hati saya berkata: "Terima Kasih Ibu Kartini, tanpa engkau pemandangan Jenderal Sudirman akan begitu hambar, tanpa bunga-bunga merah, kuning, dan berbagai warna ceria pakaian wanita."
Menyeberang Jalan Sudirman.... ada sebuah mobil kijang berhenti di depan saya. yup omprengan.... Isinya cukup padat. Ada beberapa orang anak, perawat, pembantu rumah tangga, dan supir. Tak lama kemudian seorang ibu mendekat dan masuk ke dalam mobil. Di dalam hati saya berkata: "Oh ibu Kartini, tanpa sengaja engkau telah menceraikan anak-anak ini dari ibu mereka."
Ku harus mengakui bahwa nasib kaum wanita saat ini mengalami banyak kemajuan. Wanita tidak lagi bisa dianggap remeh oleh kaum adam. Wanita mempunyai potensi yang kadang jauh lebih besar dari potensi kaum pria. Kesempatan meniti karir semakin luas bagi kaum wanita. Akan tetapi bersamaan dengan itu pula, struktur keluarga dan pola pendidikan anakpun bergeser. Sekarang, orang tua tidak lagi menjadi pemeran utama usaha pendidikan anak.
Di dalam kesibukan orang tua meniti karir, sekolah sudah hadir untuk menggantikan peran mereka. Semakin banyak sekolah yang menambah waktu belajar murid di sekolah, sehingga orang tua tidak perlu bingung kemana mereka harus menitipkan anak. Yayasan penyalur baby-sitter semakin banyak. Taraf hidup para pembantu mulai meningkat. Kaum wanita berekonomi rendah mendapatkan kesempatan kerja lebih baik sebagai baby-sitter. Dengan keberadaan baby sitter, kekhawatiran para orang tua semakin dapat teratasi ... asal ada uang!!! Tapi sekali lagi ... kehadiran sekolah dan yayasan penyalur baby-sitter yang pada mulanya untuk membantu orang tua, kini membuat jurang perceraian anak dan orang tua semakin besar.
Duh Ibu Kartini, tanpa engkau pemandangan Jenderal Sudirman akan begitu hambar ! Tapi tanpa sengaja engkau telah menceraikan anak-anak ini dari ibu mereka.