Ads 468x60px

Sunday, June 05, 2005

Dua Sisi Agama

Bermanfaatkah agama ? Atau tidak ? Apa hak saya mengadili kepercayaan orang lain? Saya tak ingin mencampuri kehidupan pribadi orang lain. Bila orang memilih untuk beragama, dan ini membuat mereka lebih baik, oke! Bagi orang-orang tertentu, agama itu amat penting. Bagaimana itu telah mengubah diri mereka. Membantu mereka menangani persoalan-persoalan sulit.
 
Ditinjau dari satu sudut pandang tertentu, tidaklah salah untuk mengatakan bahwa agama itu tak ada manfaatnya bagi kehidupan manusia. Fakta kekristenan telah berusia 2000 tahun lebih, iman Yahudi jauh lebih tua lagi, Islam sejak abad ke-5, demikian juga Budha dan Hindu sudah dikenal berabad-abad. Pertanyaannya: selama ribuan tahun itu, apakah dunia kita menjadi kian baik? Bumi kita kian sejahtera? Manusia-manusianya kian bijak, bajik serta berbudi? Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa selama ribuan tahun itu dunia memang telah berubah semakin canggih dan manusia-manusianya semakin pintar, tetapi apakah manusianya semakin manusiawi ? Tidak ! Manusia-manusianya begitu-begitu saja dari dulu sampai kini. Mungkin tidak semakin bobrok, tapi jelas tidak pula semakin baik. Nah, bila ini pun adalah jawaban Anda, maka pertanyaan saya, agama itu apa manfaatnya?
Agama juga terbukti tak berdaya mencegah meluasnya ketidakadilan; tak mampu mencegah munculnya virus-virus rasial yang mematikan; tak kuasa mencegah terjadinya bencana, serta tak berdaya memadamkan api kebencian antar manusia. Atau Anda punya pendapat berbeda?

Pada saat yang sama, bila kita jujur dan objektif, kita juga tak mampu menutup-nutupi kenyataan bahwa dari masa ke masa 'agama' telah membawa berkat, hikmat, dan manfaat nyata dalam kehidupan milyaran manusia. Apa yang membuat orang-orang semacam Malcolm X, atau Martin Luther King, Jr., atau Mother Teresa, atau Mahatma Gandhi bisa melihat apa yang tidak kita lihat, serta berani menerobos tembok-tembok mitos yang sebelumnya dipercaya sebagai tak mungkin terobohkan? Apa lagi, selain 'agama' mereka?

Thursday, May 26, 2005

Ode untuk Generasi - X

 
"Hamil Tiga Bulan, Ibu Muda Gantung Diri. Dugaan penyebab kenekadan wanita muda itu karena kesulitan ekonomi yang membelenggunya. Beberapa siswa SD juga dikabarkan melakukan aksi serupa karena malu sekolah akibat orangtua tak bisa membayar SPP."
 
Hidup pada zaman yang serba mudah dan canggih ternyata memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Beberapa di antara kita malah tak sanggup menyelesaikannya dan memilih jalan pintas : bunuh diri. Hidup seakan tak punya harapan. Menjadi anak zaman sekarang semakin sulit sebab lebih banyak yang harus dipelajari. Selain bertumpuknya kurikulum yang harus dikejar, juga semakin banyak pelajaran kehidupan yang harus dikenal sejak dini. Keceriaan anak-anak sering dikorbankan demi ambisi dan harapan orang tua yang berlebihan. Bahan ajar disekolah yang seharusnya mengajarkan langkah-langkah kehidupan sebaliknya membuat mereka kaku dalam menapaki kehidupan nyata.
 
Anak-anak generasi sekarang harus diajar dalam yang bahasa paling sederhana dan diberi pengertian agar mereka tak mudah putus asa. Mereka harus dilatih untuk memberi respons pada tekanan-tekanan dan berbagai persoalan yang mereka rasakan. Ibarat terhalang tembok tinggi padahal mereka harus berada di seberangnya, anak-anak harus diajari mencari jalan keluar. Ajak mereka berpikir, kita bisa melompati tembok itu dengan bantuan sebuah tangga, atau ada seutas tali untuk memanjat, atau ada jalan lain untuk memutar. Bukannya  berkutat di depan tembok yang keras dan konyol, atau bertindak bodoh dengan membenturkan diri ke tembok yang keras karena itu akan sangat menyakitkan. 

Wednesday, May 25, 2005

Makanan bagi Jiwa

Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan adalah menerima jiwa sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka adalah jiwa yang tertutup.
 
Perkembangan jiwa anda tergantung pada apa yang anda beri padanya. Jiwa itu harus dirawat dengan menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Dengan jiwa ini pulalah, anda melakukan pilihan hidup bahagia. Kunci kebahagiaan adalah penerimaan pada diri sendiri. Kebahagiaan bisa dibuat dengan tidak menuntut apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain.
 
Ketika anda hanya berfokus pada kekurangan diri anda maka hal itu akan menutup pikiran anda. Anda perlu sejenak melihat sekeliling anda dan melihat orang-orang yang tidak seberuntung anda dan anda perlu merenung apa yang orang lain akan kenang saat anda mengakhiri hidup dunia ini.

Anda dapat mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang anda inginkan dalam hidup. Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal, atau tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Orang yang sukses itu sebetulnya adalah orang yang  belajar dari kegagalan.
 
Maka bersyukurlah, dan berbahagialah...!
Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi. Sebaliknya bijaksanalah untuk bisa selalu think and thank dalam segala hal sebab jiwa anda bergantung pada apa yang ada beri padanya.

Tuesday, May 24, 2005

Monday, May 23, 2005

Untuk kaum Betina

Penggunaan kata Wanita sudah diterima secara umum sebagai pengganti kata Perempuan di Indonesia dan juga dimana saja ada orang kita. Tidak ada orang yang offended kalau kita panggil wanita, malah merasa bangga karena istilah itu kebanyakan dipakai buat pengganti kata perempuan.

Tapi tahukah anda arti sebenarnya dari kata itu? Kata "Wanita" berasal dari kata "Betina" yang sering dan seharusnya dipergunakan untuk indikasi gender makhluk cintaan Tuhan yang derajatnya lebih rendah. Sedangkan perempuan berasal dari kata "puan" yang berarti tuan, ditambah awalan dan akhiran per-an.

Anehnya rata-rata perempuan mau dipanggil sebagai wanita malahan tidak segan-segan menyebut diri sendiri sebagai wanita. Pantaskah anda hai kaum hawa disebut sebagai betina ?